Kenali Depresi Pada Lansia
Selama ini kita mengetahui bahwa depresi menjadi salah satu masalah mental yang paling banyak didapati pada pada lansia dan hal ini pastinya memerlukan penatalaksanaan holistik dan seimbang di aspek mental, fisik serta sosial. Selain itu, depresi pada lansia merupakan hal yang harus diwaspadai dan juga dideteksi seawal mungkin sebab bisa memberikan pengaruh pada perjalanan penyakit fisik dan juga kualitas hidup si penderita.
Deteksi sedini mungkin harus dilakukan guna mewaspadai depresi, khususnya pada lansia yang memiliki penyakit degeneratif, keluhan somatic kronis, menjalani perawatan lama di rumah sakit, dan juga lansia dengan isolasi sosial. Selain itu, perubahan pada sikap lansia saat proses pengobatan juga merupakan sebuah tanda adanya depresi yang mereka alami. Perubahan sikap yang dialami oleh para lansia yang mengalami depresi pada umumnya berupa seringkali mengabaikan saran dari dokter, meminum obat sembarangan, dll.
Pada faktanya, depresi pada lansia kerap terdeteksi dengan lambat sebab tak ada gambaran klinis yang jelas. Depresi yang dialami oleh para lansia ini seringkali terlihat di dalam keluhan somatis, seperti halnya gangguan susah tidur, kelelahan yang kronis, berat badan yang turun dengan drastis, dan masih banyak lagi. Depresi ini juga bisa terlihat sebagai bentuk perilakut yang agitatif, penurunan fungsi kognitif atau ansietas.
Beberapa faktor yang dapat mengakibatkan depresi kepada para lansia adalah psikologis, faktor biologis, stress yang sudah kronis, pemakaian obat-obatan, dll. Yang dimaksud dengan faktor biologis contohnya adalah genetik, faktor resiko vaskular, perubahan struktur otak, dan juga kelemahan pada fisiknya. Sementara itu faktor psikologis contohnya adalah antara lain tipe kepribadian serta relasi interpersonal. Kejadian dalam kehidupan mereka seperti halnya kehilangan orang yang dicintai, berduka, keadaan ekonomi yang berat, dan juga perubahan situasi.
Terapi depresi pada lansia
Menurut salah satu pakar depresi, beberapa faktor yang mesti diperhatikan dalam hal terapi depresi kepada para lansia yakni perubahan faal oleh proses penuaan, komorbiditas penyakit fisik, interaksi antar obat, status fungsional, efek samping obat-obatan dan juga dukungan sosial yang mereka dapatkan. Terapi depresi yang diberikan kepada para lansia bisa mencakup terapi biologis dan juga terapi psikologis.
Terapi biologis bisa dilakukan dengan cara memberikan obat antidepressant, terapi sulih hormon, ECT alias terapi kejang listrik, dan juga TMS alias Transcranial Magnetic Stimulation. Sementara itu terapi psikologis memiliki tujuan untuk mengatasi masalah psikoedukatif, yakni untuk mengatasi distorsi pola pikir, kepribadian maladaptif, mekanisme koping yang sama sekali tak efektif, dan juga hambatan hubungan interpersonal. Terapi yang satu ini juga dilakukan guna bisa mengatasi masalah sosiokultural, seperti halnya dukungan dari keluarga yang tak begitu lancar, perubahan pada peran sosial, dan juga masalah yang berkaitan dengan faktor kultural.